Aksi simpatik dalam rangka memperingati Hari Air Dunia (HAD) XIX tahun 2011 di Bundaran Hotel Indonesia (HI) kembali dilakukan, seperti di tahun-tahun sebelumnya. Meski di tengah sengatan teriknya mentari, dengan membagi bunga mawar dan sticker kepada penggguna jalan, serta membentangkan spanduk dan poster, para peserta aksi sekitar 150 orang tetap tersenyum.
Menurut Sekretaris Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Sekditjen SDA) – Kementerian Pekerjaan Umum (PU) selaku Ketua Umum Tim Pelaksana Panitia Nasional Peringatan HAD 2011, Ir. Sugiyanto, M.Eng aksi ini dimaksudkan untuk mengingatkan kepada masyarakat luas bahwa air sangat penting bagi kehidupan.
“Kita bisa menyikapi betapa pentingnya air, bahwa air terlalu banyak akan menyebabkan banjir, air terlalu sedikit akan kekeringan dan air kotor akan merusak kelestarian lingkungan. Di sisi lain, populasi manusia semakin bertambah. Oleh karena itu, masyarat harus meningkatkan kepedulian dan lebih mengerti arti pentingnya air,” katanya, di sela-sela aksi simpatik tersebut.
Oleh karenanya, Sugiyanto menyatakan, peran aktif masyarakat diperlukan dalam manajemen air. Hal tersebut dapat diwujudkan lewat upaya-upaya sederhana, umpamanya saja melakukan penghematan penggunaan air serta membuang sampah pada tempatnya.
Sugiyanto menambahkan, kampanye seperti ini adalah yang ke-13 kalinya dilaksanakan dimulai pada tahun 1993, dimana di setiap negara anggota PBB akan memperingati HAD di negaranya masing-masing pada setiap tanggal 22 Maret.
“Peringatan HAD ini adalah berdasarkan deklarasi dari UNCED (United Nation Conference on Environment and Development). Untuk tahun 2011 ini, Indonesia mengambil tema “Air Perkotaan dan Tantangannya”. Selain melakukan aksi kampanye ini, juga disertai dengan berbagai rangkaian acara lainnya. Misalnya, seminar/lokakarya, gerakan masyarakat dan apresiasi HAD seperti lomba menggambar untuk TK dan SD, pameran dan puncak acaranya akan dilakukan di Situ Gintung – Ciputat,” ujar Sugiyanto.
Rentan Air
Sementara itu di tempat yang sama, Direktur Sungai dan Pantai – Ditjen SDA, Kementerian PU selaku Koordinator Bidang Puncak Acara Panitia Nasional Peringatan HAD 2011, Ir. Pitoyo Subandrio, Dipl. HE menyatakan, bahwa kebutuhan air bersih untuk penduduk kota Jakarta yang saat ini jumlahnya sekitar 12 juta jiwa, dari dahulu memang tidak mencukupi dan perlu di suplai dari tempat lain, seperti dari Bendungan Jatiluhur melalui saluran Tarum Barat.
“Oleh sebab itu saat ini Jakarta terancam krisis air, sehingga untuk mengatasi hal tersebut salah satunya pemerintah sedang membangun Bendungan Karian di Provinsi Banten yang sebagain airnya akan menyuplai kebutahan air bagi masyarakat Jakarta,” ungkapnya.
Menurut Pitoyo, kita perlu menyikapi kondisi Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia yang semuanya telah berubah. Seperti hutannya berubah, tampungan airnya berubah, jumlah penduduknya berubah, dan sikap masyarakatnya juga turut berubah.
“Dahulu kita mempunyai tampungan atau simpanan air yang cukup baik yaitu didalam tanah yang masih mempunyai hutan-hutan cukup baik dan dipayungi daun-daun pohon yang cukup cantik. Sehingga sinar matahari tidak dapat langsung menyentuh permukaan tanah. Hal inilah yang dapat mengurangi terjadinya penguapan air,” tuturnya.
Namun sekarang, menurut Pitoyo, luasan hutannya menjadi sangat terbatas, sehingga semua air hujan yang jatuh langsung tumpah di atas permukaan tanah dan menjadi run-off mengalir langsung menuju laut.
“Jadi di Jakarta saat ini sangat rentan terhadap air. Padahal jumlah air yang jatuh ke tanah dari dahulu sampai sekarang jumlahnya sama yaitu rata-rata 2.500 mm,” jelasnya.
Pitoyo mengingatkan, bahwa saat ini tampungan air di Jakarta sudah sangat luas, dimana 2/3 lahan yang ada di Jakarta berfungsi sebagai tempat menampung air, namun dalam bentuk banjir dengan kualitas air yang tidak memadai.
“Airnya menjadi kotor dan saat kita butuhkan, tidak ada air bersih yang kualitasnya cukup baik. Sehingga dengan memperingati HAD ini diharapkan semua peduli terhadap air dan perduli terhadap kondisi sungai,” ungkapnya. Artinya, agar masyarakat jangan membuang sampah ke sungai, namun membuangnya ke tempat pembuangan sampah yang telah disediakan.
Selain itu, perubahan mindset masyarakat juga menjadi perhatian Pitoyo. Menurutnya, masyarakat mulai saat ini mindset-nya harus diubah. Masyarakat harus perduli terhadap air yang merupakan zat yang dibutuhkan oleh setiap mahluk hidup di bumi ini.
“Kita perlu untuk merubah mindset masyarakat, dimana air adalah sesuatu yang sangat kita butuhkan. Kita bisa melakukan mogok makan dalam beberapa hari, akan tetapi kita tidak bisa melakukan mogok minum meski dalam satu haripun,” ingatnya. **tim