Kondisi Waduk Jatiluhur sudah kritis, sehingga frekuensi pengontrolan bendungan perlu lebih ditingkatkan dengan ketelitian sanagat tinggi. Hal ini diungkapkan Kepala Devisi Pengelolaan Air IV, Ir. Mario Mora Pangestu, saat kunjungan lapangan anggota Dewan Sumber Daya Air (SDA) Nasional ke beberapa lokasi pengelolaan air di Jawa Barat pada 28-30 Oktober lalu.
Senada dengan Mario, Direktur Pengelolaan Air PJP II, Ir. Harry M. Sungguh, mengungkapkan saat ini kondisi air Waduk Jatiluhur semakin munyusut akibat pengaruh El Nino. Untuk itu, menurut Sungguh, sebagai pengelola waduk dan sungai Citarum, pihaknya selalu melakukan kegiatan operasional dan pengelolaan sesuai prosedur untuk efisiensi Waduk Jatiluhur.
Bendungan Ir. H. Djuanda yang lebih dikenal dengan sebutan Waduk Jatiluhur ini setidaknya telah beroperasi sejak tahun 1967, saat perubahan nama pengelolaan dari Proyek Serbaguna Jatiluhur menjadi PN. Jatiluhur.
Kepala SNVT Pelaksanaan Jaringan Pemanfaatan Air (PJPA) – Balai Besar Wilayah Sungai Citarum, Ir. Feriyanto mengatakan, terdapat beberapa isu strategis yang dihadapi Balai Besar Wilayah Sungai Citarum, umpamanya saja, alih fungsi lahan hutan primer maupun hutan rakyat menjadi kawasan budidaya, pencemaran sungai, dan yang lebih penting lagi adalah pengambilan air tanah untuk keperluan air industri yang cukup tinggi, sehingga berpotensi mengganggu keseimbangan ekosistem geohidrologi pada Wilayah Sungai Citarum.
Rombongan Dewan SDA Nasional yang diterima oleh Direktur Pengelolaan Air PJT II, Ir. Harry M. Sungguh sempat melaksanakan diskusi dengan dua orang nasarasumber masing-masing dari BBWS Citarum, Ir. Feriyanto dan PJT II, Kepala Bagian Pengelolaan Data Hidrologi dan Pemanfaatan Air Biro PPDAA, Ir. Hendra Rachtono.
Dalam diskusi yang dipandu oleh salah satu anggota Dewan SDA Nasional yang berasal dari unsur non pemerintah, Ir. Indro Tjahyono (SKEPHI) tersebut juga dihadiri oleh Sekretaris Harian Dewan SDA Nasional DR. Ir. Untung Budi Santosa, M.Sc.
Penanganan Dampak Sosial Waduk Jatigede
Di Waduk Jatigede, anggota Dewan SDA Nasional juga melakukan kunjungan lapangan yang diterima Kepala BBWS Cimanuk – Cisanggarung, Ir. Trisasongko Widiarto, M.Eng yang dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab.
Waduk yang mulai digenangi pada 31 Agustus 2015 ini, direncanakan akan menyuplai kebutuahan air sekitar 90.000 hektar areal persawahan, penyediaan air baku sebanyak 3500 liter/detik, PLTA 110 MW dan Pengendalian Banjir Wilayah Kab. Indramayu dan Cirebon seluas 14.000 Ha (Disekitar S. Cimanuk Hilir).
Trisasongko Widiarto mengungkapkan, Waduk Jatigede memiliki rentang 1.725 m, dengan ketinggian 114 meter, sedangkan elevasi puncak lebih dari 265 meter dan maksimal genangan adalah 262 meter di atas permukaan laut. “Diperkirakan pada Maret 2017, ketinggian elevasi sudah mencapai 259 m dpl,” ujarnya.