Hari Lanjut Usia (Lansia) Nasional merupakan salah satu hari penting bagi masyarakat di Indonesia yang diperingati setiap tanggal 29 Mei sebagai wujud kepedulian dan penghargaan terhadap orang lanjut usia.
Demikian dikemukakan Direktur Jenderal Sumber Daya Air (Dirjen SDA) – Kementerian Pekerjaan Umum (PU) DR. Ir. Mohamad Hasan, Dipl. HE, saat membuka pertemuan silaturahmi warga Ditjen SDA dalam rangka memperingati Hari Lansia dan Peluncuran Buku “Pengelolaan Sungai di Indonesia”, di Jakarta (18/6).
“Peringatan Hari Lansia ini dilatarbelakangi dengan rasa hormat bangsa Indonesia atas jasa Dr. KRT Radjiman Widyodiningrat, yang dalam usia lanjut telah berhasil memimpin sidang pertama Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI),” tutur Hasan.
Sebagaimana diketahui, bahwa dalam sidang-sidang BPUPKI yang dipimpin Radjiman Widyodiningrat tersebut telah berhasil dirumuskan dan disepakati mengenai dasar negara RI dalam bentuk Piagam Jakarta (Jakarta Charter), pernyataan Indonesia merdeka, perumusan Pembukaan UUD dan perumusan Batang Tubuh UUD 1945.
Oleh karena itulah, Dirjen SDA menyampaikan, bahwa Hari Lansia merupakan wujud dari penghargaan terhadap orang yang telah lanjut usia dan untuk menindaklanjutinya saat ini Pemerintah telah membentuk Komisi Nasional Perlindung Penduduk Lanjut Usia serta merancang aksi nasional lanjut usia di bawah koordinasi kantor Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat.
Sedangkan untuk Kementerian PU, dalam silaturahmi tersebut juga diinformasikan, bahwa pada tahun 1998, Menteri PU yang pada saat itu dipimpin oleh Ir. Rachmadi Bambang Sumadijo telah mengajak para pensiunan senior Departemen PU saat iu untuk membentuk suatu badan resmi berbentuk yayasan.
Kemudian pada tanggal 16 april 1999 dibentuklah “Yayasan Pinisepuh Pengairan Adhi Eka” dengan para pendiri Prof. Ir. Suyono Sosrodarsono, Ir. Moebagyo, Ir. Sarbini Ronodibroto, Ir. Nainggolan, Ir. Soewasono, Ir. Hartono Pramudo, Ir. Mamad Ismail, Ir. Soebandi Wirosoemarto, Ir. Kusdaryono, dan Ir. Sakdoen.
Berikutnya pada tanggal 25 Juli 1997, nama yayasan tersebut berubah menjadi Yayasan Air Adhi Eka, dimana AD bermakna ADministrasi, HI bermakna HIdro teknik dan Eka bermakna EKonomi Air.
Selanjutnya April hingga Desember 2012, dilaksanakan kerjasama tiga pihak yaitu Direktorat Jenderal SDA, Yayasan Air Adhi Eka dan JICA untuk melakukan penulisan Buku Pengelolaan Sungai di Indonesia.
Kesan Pinisepuh
Dalam silaturahmi tersebut, juga diberikan kesempatan kepada Prof. Ir. Suyono Sosrodarsono yang merupakan perwakilan pinsisepuh untuk menyampaikan kesan dan pesannya terkait dengan peluncuran buku Pengelolaan Sungai di Indonesia.
Menurut Suyono, bahwa banyak tenaga-tenaga muda di Ditjen SDA – Kementerian PU yang kemungkinan masih memerlukan penambahan pengetahuan dan pengalaman dari generasi sebelumnya.
“Terkait dengan hal tersebut, Yayasan Air Adhi Eka bersedia dan siap untuk membantu bila diperlukan. Kami mengetahui bahwa Ditjen SDA sudah banyak melakukan pelatihan-pelatihan, baik di Pusat yaitu Jakarta, Bandung dan juga beberapa kota lainnya,” katanya.
Suyono menyampaikan, bahwa dirinya dan teman-teman di Yayasan Air Adi Eka bersedia dan siap memberikan peran serta untuk meningkatkan pengetahuan dalam bentuk transfer of knowledge and experience.
“Caranya tentu bermacam-macam, bisa melalui pelatihan beberpa hari ataupun beberapa bulan dan juga bisa dengan cara-cara lain, misalnya seperti yang dialami oleh Bapak Dirjen SDA, Moh. Hasan yang pernah mengalami transfer of knowledge and experience dari seorang seniornya mengenai pantai,” ungkapnya.
Mantan Menteri PUTL ini juga menginformasikan, bahwa rekan-rekan di Yayasan Air Adhi Eka sebenarnya sudah banyak berperan untuk menularkan ilmu dan pengalamnnya kepada genarasi berikutnya.
“Mereka berperan untuk transfer of knowledge and experience sebagai konsultan maupun sebagai dosen-dosen di beberapa perguruan tinggi dan sebagai narasumber pelatihan-pelatihan terkait bidang SDA,” ujarnya. **sim/ad