Dalam rangka memperingati Hari Air Dunia (HAD) XVIII tahun 2010, Program Studi Teknik Lingkungan – Fakultas Teknik Universitas Indonesia (UI) bersama Kementerian Pekerjaan Umum (PU), Panitia Nasional HAD XVIII tahun 2010, dan Ikatan Mahasiswa Sipil (IMS) UI menyelaengarakan seminar dan talkshow yang dilaksanakan secara bersamaan dan berurutan, di Kampus UI, Depok (2/5) .
Seminar yang bertajuk “Kualitas dan Keberlanjutan Sumberdaya Air Tanah Kota Jakarta” dan talkshow yang bertemakan “Peluang dan Tantangan Menuju Ketahanan Air DKI” dibuka oleh Dirjen SDA – Kementerian PU yang juga selaku Ketua Umum Panitia Nasional HAD XVIII, DR.Ir. M. Amron, M.Sc bertempat di Pusat Studi Bahasa Jepang, Kampus UI Depok.
Dalam sambutannya, Dirjen SDA mengharapkan, agar seminar dan talkshow yang dilaksanakan tersebut dapat menambah pengetahuan dan wawasan dari mahasiswa maupun mahasiswi, khususnya yang kuliah di Fakultas Teknik UI terhadap kegiatan yang tekait dengan pengelolaan sumber daya air.
“Mudah-mudahan hal tersebut dapat dimanfaatkan mahasiswa maupun mahasiswi untuk menambah ilmu danpengetahuannya yang terkait dengan pengelolaan Sumber Daya Air, khususnya di DKI Jakarta,” ujar Amron.
Terbatas
Sementara seminar dengan narasumber Setyo S. Moersidik, menjelaskan bahwa perkembangan kota di Indonesia yang ceukup pesat, sedangkan infrastruktur air minum sangat terbatas. Dimana kecepatan pengadaannya lebih rendah dibandngkan kecepatan pertumbuhan penduduknya.
“Keterbatasan sumber daya, seperti sumber daya air tidak dimiliki oleh seluruh kota. Sebagai contohnya Jakarta yang merupakan ibukota Negara tidak memiliki sumbedaya air. Oleh karenanya masyarakat memanfaatkan air tanah untuk menggantikan suplai air minum yang rendah,” ujar Setyo.
Lebih lanjut dijelaskan, sebagai akibatnya kota tumbuh dan berkembang melampaui kemampuannya untuk mendukung kebutuhan air dan menyebabkan persediaan air kota tidak berkelanjutan.
“Kualitas air tanah pun saat ini di Jakarta telah tercemar, sehinga diperlukan pendekatan untuk pengendalian air tanah dan upaya pemanfaatan air permukaan yang berkelanjutan melalui 5 R, yaitu Reduce, Reuse, Recycle, Recharge, dan Recovery,” ungkap Setyo Moersidik.
Menurut Setyo, program 5 R tersebut adalah suatu gerakan sosial yang dilakukan bersama pemerintah dan masyarakat melalui pendekatan penghematan dan melakukan seluruh upaya agar air tanah lestari pemanfaatannya.
“Reduce adalah pengurangan atau penghematan air, reuse – pemanfaatan kembali air, recycle – pemanfaatan kembali melalui proses daurulang untuk mendapatkan mutu air yang dikehendaki, recharge – pengisian kembali areal yang memungkinkan air tanah terisi kembali, dan recovery – pemulihan untuk mendapatkan kondisi air tanah yang aman dimanfaatkan,” katanya.
Dalam kesimpulannya, Setyo menyatakan, bahwa dalam mendukung perkembangan kota dan memnuhi kebutuhan penduduk kota diperlukan infrastruktur fisik kota yang salah satunya asalah air. Keterbatasan sumberdaya ari yang mengakibatkan penggunaan air tanah yang berlebihan harus dikendalikan melalui upaya mengoptimalkan penggunaan air yang memungkinkan daur air bisa lebih panjang.
“Pendekatan 5 R dapat digunakan dan mampu memenuhi kebutuhan air untuk kasus industri, permukiman dan kebutuhan khusus. Untuk tercapainya hal ini, diperlukan skenaro besar untuk bisa memahami dan menerapkan daur hidrologi untuk kepentingan penyediaan air minum perkotaan melalaui pemanenan air, penggunaan teknologi daur ulang dan upaya lain dalam system daur hidup air.
Pelayanan Rendah
Sementara dalam talkshow yang juga dipandu oleh Shannaz Haque, menghadirkan tiga orang narasumber, yaitu Penny Susianti (Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup DKI Jakarta), Tamin M. Zakaria Amin (Dit. Pengembangan Air Minum – Ditjen Cipta Karya) dan Firdaus Ali (Badan Regulator Air DKI Jakarta) pada intinya menyampaikan bahwa sistem pelayanan air bersih pemipaan yang ada baru mampu melayani sekitar 44 % dari total populasi di DKI Jakarta.
Sebagaimana diketahui luas wilayah DKI Jakarta 661,52 Km2 dengan jumlah penduduk seitar 8,5 juta jiwa dengan jumlah rumah tangga mencapai 2,2 juta Kepala Keluarga (KK). Sedangkan jumlah penduduk harian Jakarta yang akan menambah beban pelayanan utilitas hingga saat ini diperkirakaan mencapai 12,5 juta jiwa.
Ketergantungan Jakarta terhadap suplai air dari luar kota sangat tinggi, sehingga menyebabkan tingkat ketahanan airnya masih sangat rendah. Begitu juga terjadi eksploitasi air tanah dalam yang menyebabkan terjadinya penurunan muka tanah – land subsidence secara signifikan.
Karena itu di usulkan langkah strategis dalam rangka untuk meningkatkan ketahanan air DKI Jakarta, diantaranya adalah pemantapan air baku, peningkatan efisiensi, peningkatan kualitas lingkungan, penambahan air minum curah Jatiluhur dan penambahan air minum curah Dam Karian.
Pemantapan air baku dengan cara mengoptimalkan saluran Kanal Tarum Barat, pembuatan syphon Bekasi dan Cikarang, serta optimalisasi sistem pemompaan air baku di Cawang. Untuk efisiensi dengan cara pemantapan dan percepatan program penurunan kebocoran dan peningkatan efisiensi produksi dan operasi.
Sementara untuk meningkatkan kualitas lingkungan diusulkan dilaksanakan dengan cara pengendalian penggunaan air tanah dan peningkatan kapasitas Sistem Pelayanan Air Minum (SPAM) untuk pengganti air tanah dan perluasanan pelayanan SPAM perpipaan.
Sedangkan untuk penambahan air minum curah Jatiluhur, diusulkan sistem regional melalaui penambahan kapasitas (tahap I tahun 2013) dimana Jakarta akan tersuplai sebanyak 4.000 liter/detik dan 1.000 liter/detik untuk Bekasi dan karawang. Dilanjutnya pada tahap II tahun 2018, Jakarta akan bertmbah sebanyak 2.500 liter/detik.
Untuk penmbahan air minum curah Dam Karian yang direncanakan dengan debit sebesar 10.000 liter/detik, dimana tangerang akan tersuplai sebesar 5.000 liter/detik, Jakarta Barat 3.500 liter/detik serta Serang, Lebak dan Parung sebesar 1.500 liter/detik.**ad