Jakarta – Sungai Citarum adalah salah satu sungai terpenting di Indonesia. Sungai terpanjang di Provinsi Jawa Barat ini membentang sepanjang 297 km dari hulunya di Situ Cisanti dilereng Gunung Wayang di Desa Cibeureum Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung hingga ke Laut Jawa, bermuara di Desa Pantai Bahagia Kecamatan Muara Gembong Kabupaten Bekasi. Termasuk anak-anak sungainya, maka DAS Citarum meliputi pula Kota Bandung dan Kota Cimahi.
Sungai Citarum sebagai sungai strategis nasional dan memiliki potensi yang besar dalam mendukung ketahanan air nasional serta memberikan manfaat bagi perekonomian, sosial, lingkungan. Seiring dengan perkembangan dan peningkatan masyarakat serta proses pembangunan yang semakin pesat, kondisi DAS Citarum mengalami penurunan dan bahkan kerusakan. Pertumbuhan penduduk dan perekonomian telah menyebabkan konversi lahan dan hutan menjadi peruntukan lain seperti perubahan tata guna lahan menyebabkan timbulnya berbagai masalah seperti meningkatnya lahan kritis, erosi dikawasan hulu, kekeringan sedimentasi di Sungai Citarum, meningkatnya frekuensi dan intensitas banjir serta kekeringan.
Selain itu sistem pengelolaan sampah dan limbah domestik serta industri yang belum berjalan dengan baik menyebabkan semakin memburuknya kondisi kualitas air di Sungai Citarum sehingga memperoleh predikat sebagai sungai terkotor di dunia.
Semakin memburuknya kondisi DAS Citarum dan masalah yang ditimbulkan, baik Pemerintah Pusat maupun Daerah telah berupaya melaksanakan berbagai program penanganan. Dewan Sumber Daya Air Nasional (DSDAN) sebagai lembaga koordinasi pengelolaan sumber daya air tingkat nasional memiliki tugas dan fungsi, antara lain menyangkut koordinasi dalam penanganan masalah sumber daya air yang memiliki dimensi kepentingan nasional, termasuk yang terjadi di DAS Citarum. Oleh karena itu dengan perkembangan masalah dan penanganan yang kini telah dilakukan melalui pembentukan SATGAS Percepatan Penanggulangan Pencemaran dan Kerusakan DAS Citarum, Dewan Sumber Daya Air Nasional (DSDAN) menilai perlu memberikan perhatian dan melaksanakan upaya-upaya yang diperlukan sebagai bagian dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang menjadi tanggung jawabnya.
Sebagai upaya memberikan perhatian dan tanggapan atas perkembangan masalah DAS Citarum dan penanganannya oleh SATGAS Percepatan Penanggulangan Pencemaran dan Kerusakan DAS Citarum, Dewan Sumber Daya Air Nasional (DSDAN) telah menyelenggarakan beberapa kegiatan, yakni Workshop Citarum Harum yang dilaksanakan pada tanggal 7 Agustus 2018 di Jakarta dan Kunjungan lapangan ke DAS Citarum serta melaksanakan audiensi dengan beberapa Komandan Sektor SATGAS Percepatan Penanggulangan pencemaran dan Kerusakan DAS Citarum pada tanggal 29-30 agustus 2018.
Menindak lanjuti dari beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan, pada tanggal 13 Agustus 2018 bertempat di Hotel Veranda, Dewan Sumber Daya Air Nasional menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) tentang Implementasi Program Citarum Harum. Dibuka oleh Ir. Apriady Mangiwa, MM selaku Kepala Sekretariat Dewan Sumber Daya Air Nasional, Ir. Apriady Mangiwa menyampaikan bahwa tujuan dari Focus Group Discussion ini adalah menyiapkan rekomendasi serta implementasi program Citarum terkait upaya pengembangan pelaksanaan program dan upaya untuk mengatasi kendala yang dirasakan dalam pelaksanaannya, baik dilapangan maupun pada tahap koordinasi antara stakeholder yang terkait.
Dengan menghadirkan penyaji seperti: Ir. Imam Mustofa, Rofi Alhanif, SP. Dan Ir. Marhuarar Napitupulu, Dipl. HE yang memberikan presentasi mengenai gambaran kondisi, permasalahan yang dihadapi, rekomendasi, upaya yang dilakukan untuk mengembangkan dan meningkatkan Sungai Citarum serta diakhiri sesi Tanya jawab dan diskusi bersama.
Dengan adanya Focus Group Discussion ini diharapkan semua instansi yang terkait bisa terlibat dan bekerjasama dengan baik sehingga Citarum Harum menjadi satu misi yang sinergis, Mendorong pembangunan sistem pengolahan air limbah perkotaan terpadu yang modern dan meningkatkan mindset masyarakat dalam memelihara lingkungan hidup karena partisipasi masyarakat itu penting dalam mempengaruhi keseimbangan, stabilitas dan produktivitas lingkungan hidup. Serta pengembangan lebih lanjut mengenai penggunaan Sungai Citarum sebagai transportasi alternatif.